Sabtu, 04 April 2020

(Resume 5) PJJ




Mendesain Pembelajaran Jarak Jauh

Indra Charismiadji 
Indra Charismiadji pemerhati dan praktisi edukasi 4.0, Direktur Eksekutif CERDAS (Center for Education Regulations & Development Analysis)






Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) saat ini sedang ngetren. Pasalnya ada kebijakan pemerintah yang menginstruksikan untuk belajar di rumah secara daring. Bagaimana tekhnis pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh secara daring (on line)?
Dalam kuliah online kali ini, narasumber yang mumpuni di bidangnya, menyampaikan materi kuliahnya melalui aplikasi webex. yang merupakan bentuk aplikasi dari instruksi pemerintah tersebut sesuai dengan kondisi saat ini. PJJ daring dikenal sebagai pembelajaran modern mengingat tuntutan zaman  abad 21 saat ini , yang diatur dalam permendikbud no.22 tahun 2016 tentang Standar Proses dan Prinsip yang di dalamnya 
mengatur model pembelajaran modern sebagai berikut:
Pada 2014 Bank Dunia meluncurkan sebuah kajian berjudul Developing Social-Emotional Skills for the Labor Market (Mengembangkan Keterampilan Sosial Emosional untuk Dunia Kerja) yang ditulis oleh Nancy Guerra, Kathryn Modecki, dan Wendy Cunningham. 
Ada 8 keterampilan yang paling dicari oleh perusahaan-perusahaan dalam merekrut pegawai:
Pertama, memecahkan masalah yang optimal perkembangannya
Kedua, ketangguhan (tidak mudah menyerah) yang optimal perkembangannya 
Ketiga, motivasi berprestasi

Keempat, Kontrol (pengendalian diri)

Kelima, teamwork (Kerjasama)

Keenam, Inisiatif (Prakarsa)

Ketujuh, Percaya Diri

Kedelapan, Etika

Jika para pendidik dan orangtua memahami bahwa keterampilan-keterampilan tersebut yang dibutuhkan untuk dikembangkan dalam diri para peserta didik dalam menghadapi tantangan di abad ke-21 ini, maka model pembelajaran dapat diarahkan agar bermuara ke sana. Misalnya selama masa belajar di rumah ini peserta didik dapat diarahkan untuk mencari pemecahan masalah yang berhubungan dengan Covid-19. Solusinya bisa dari sisi kesehatan, pangan, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya.

Proses PJJ daring tidak mesti disajikan materi yang akan dipelajari, tetapi di sinilah letak peserta didik akan belajar mencari tahu. Solusi tersebut harus dikerjakan secara kelompok walaupun tidak bertemu tatap muka. Solusi yang ditawarkan harus dipresentasikan dalam bentuk video dan diunggah ke media sosial seperti Youtube, Facebook, Linkedin, Line, ataupun yang lain. Penilaian akan berdasarkan jumlah views (berapa kali ditonton), berapa jempol (like), dan berapa banyak komentar/interaksi yang muncul dari unggahan tersebut. Pelaksanaan pembelajaran daring, dan yang pasti mengembalikan dunia pendidikan ke arah yang seharusnya dituju, yaitu belajar untuk belajar, bukan apa yang harus dipelajari.
  1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu
  2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar
  3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah
  4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi
  5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu
  6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi
  7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif
  8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills)
  9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat
  10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani)
  11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat
  12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas
  13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
  14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Apabila prinsip pembelajaran di atas diselaraskan dengan 4 pilar pendidikan yang disusun oleh UNESCO, yaitu Learning to Know (belajar untuk mengetahui), Learning to Do (belajar untuk melakukan sesuatu), Learning to Be (belajar untuk menjadi sesuatu), dan Learning to Live Together (belajar untuk hidup bersama), maka saat ini adalah kesempatan paling tepat untuk mengatur ulang arah dunia pendidikan kita yang selama sudah tersesat jauh dari tujuan.

Dunia pendidikan harus kembali mengajarkan cara belajar (Learning How to Learn), bukan Learning What to Learn (belajar tentang sesuatu). Semua ini tercermin dari isi pembelajaran daring seminggu ini di mana guru masih berkutat tentang konten atau materi yang dibuat untuk memberi tahu peserta didik daripada membiarkan mereka untuk mencari tahu sendiri.

Dengan adanya internet peserta didik dapat belajar untuk tahu, belajar untuk melakukan, belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk hidup bersama dengan pendekatan yang sangat berbeda di masa pra internet di mana guru menjadi satu-satunya sumber belajar. Para pendidik cukup memfasilitasi bagaimana peserta didik dapat mencari tahu sumber belajar yang dapat dipercaya, bukan hoax, dan bukan sekedar opini seseorang yang kredibilitasnya masih diragukan.



Kita semua akan dikagetkan dengan kreativitas dan inovasi generasi penerus bangsa yang selama ini yang tidak diberi kesempatan karena waktu belajarnya habis untuk diberi tahu belajar apa. Dan, konsep ini akan mengubah pandangan para orangtua dan pendidik yang selama ini melihat gawai konsumsi semata, sekarang akan berubah menjadi alat produksi. Dan inilah proses pembangunan SDM unggul yang sesungguhnya.

Peran guru saat ini masih sangat penting untuk menyiapkan generasi masa yang akan datang.


Disadur dari presentasi narasumber via webex, link http://news.detik.com/read/2020/04/01/124549/4960969/103/mengelola-pembejaran-daring-yang-efektif

Oleh : NUR 'AINI KOSIM
SDN KEBON MELATI 01
JAKARTA

(Resume 4) Menulis Buku


Resume Keempat

Nara Sumber: Sri Sugiastuti
Host : Wijaya Kusuma

Menulis Buku Mandiri



Menulis buku ada yang ditulis secara mandiri dan buku antologi jadi hanya cukup kontribusi satu artikel atau satu naskah lalu dibuat jadi satu buku.
Banyaknya halaman pada karya buku yang kita tulis dan dibutuhkan untuk penilaian angka kredit minimal itu enam puluh halaman. Tetapi kalau untuk kebutuhan lain seperti buku kumpulan puisi dan bukan untuk dinilai kurang dari enam puluh halaman pun tidak masalah sedangkan kalau buku buku lain seberapa standarnya itu sesuai apa yang ingin kita tulis. Misalnya buku itu tuntas seratus halaman ya kita sampaikan seratus halaman tapi kalau kita anggap misalnya sudah cukup dari kerangka  buku itu misalnya ada tujuh belas sub judul atau hanya sebelas tapi artikelnya itu memiliki karakter lebih dari seribu lima ratus.


Supaya semangat itu tetap terjaga yaitu bapak harus berkumpul dengan orang yang memiliki satu passion misalnya Om Jay dan kawan kawan dengan saya dengan temen temen yang suka menulis insya allah kalau kita ada di lingkungan itu  semangat kita akan tetap terjaga apalagi bisa saling mengingatkan atau pamer tapi dalam tanda kutip bukan ria, misalnya sudah menulis apa dan bagaimana terus juga harus punya target menulis.

Nara sumber pernah mengalami diminta untuk membuat buku ajar bahasa inggris itu yang secara mayor pendalaman materi yang bekerja sama dengan editor di situ sudah ditentukan plotnya apa yang harus  kita tulis dan memang tidak boleh sama sekali, baik itu berupa latihannya kecuali kalau misalnya materinya juga pun harus kita gunakan dengan bahasa kita sendiri untuk memperkaya itu semua agar tulisan atau buku ajar kita itu bisa dikawal sampai selesai. Kita  harus siapkan referensinya, ketika sudah punya outline atau kerangka tulisan misalnya bab satu tentang apa terus judulnya apa ada beberapa bab. Kita kumpulkan semua buku buku referensi penunjangnya juga bisa googling dengan kata kunci buku yang ingin kita buat itu temanya apa saja , kita kumpulkan insyaallah berbekal dengan referensi mau membaca, buat dulu kerangkanya baru satu per satu.
Saran dari Nara sumber ini bisa dipertimbangkan dan saat menulis buku ajar kita juga harus kuasai dan harus tau segmen pasar atau pembacanya itu siapa.


Dirangkum dari diskusi via Voice Note WA
oleh NUR 'AINI KOSIM
SDN KEBON MELATI 01
JAKARTA

Resume Ketiga

(Resume 6) Tulis Moment Spesialmu Saat Mengajar

Resume Kuliah Online Belajar Menulis Keenam


Tulis Moment Spesialmu Saat Mengajar





Nara sumber : Bapak Munif Chotib penulis buku best seller Gurunya Manusia dan pembicara nasional yang sangat berpengalaman.

Kuliah online kali ini, seperti biasanya dipandu oleh OmJay dengan nara sumber seorang Praktisi di bidang Pendidikan, Bapak Munif Chatib.
Sebelum Sesi diskusi dimulai, Kuliah online diawali dengan menampilkan video yang berisi pengalaman nara sumber di dunia pendidikan dan saduran sebuah karya tulis narasumber yang sudah dibukukan dengan judul "80 Menit di Kelas Neraka".



Berikut hasil diskusi antara peserta dengan narasumber:
A. Mengelola Pembelajaran dan Momen  Spesial
Cara mengajar sederhana agar siswa dapat memahami dan dapat memperhatikan pembelajaran dengan jelas akurat dan cepat, adalah :
1.  Mengajar itu yang terpenting ada pada awalnya (pendahuluan / apersepsi), harus keren. Jika apersepsi berhasil, biasanya siswa tertarik untuk belajar dan kemungkinan besar paham.
2.    Bagian penutup juga harus keren, berupa kesimpulan tentang hikmah dari materi ajar. Ingat secara neurosains, awal dan akhir itu penting dan itu yang 80% teratat di otak siswa kita.
3.    Memilih metode yang student center learning. Metode ini tempatnya di tengah.  

Dari lima moment masuk memori jangka panjang untuk menciptakan moment spesial diantaranya :
Ø   Dengan menghadirkan emotional ketika kita mengajar, cara untuk memasukkan  pintu emotional tersebut ke dalam pembelajaran kita adalah pahami bahwa perasaan yang bermacam-macam, dari suka maupun duka. Rahasianya pada saat kita mulai dari apersepsi dan penutup. Metode apapun akan menjadi hidup dan emotional, ketika awal dan akhirnya keren. Apalagi kita bisa menghubungkan materi ajar dengan kejadian yg dialami siswa2 kita secara personal. Misalnya kita mengajar di Sidoarjo jawa timur, ketika terjadi bencana lumpur lapindo. Kita menggunakan apersepsi tentang bencana tersebut dan dimungkinkan beberapa siswa menangis sebab rumah keluarga mereka ada yang  terkena bencana tersebut.

Ø   Hypno teaching ( Pemberian sugesti positif kepada siswa) bisa menjadi salah satu cara yang bisa juga kita gunakan.

Ø   Cara mengoptimalkan emotional tersebut agar kita bsa menemukan moment spesial  dalam proses belajar sebagai bahan untuk menulis adalah dengan mengoptimalkan emotinal dengan refleksi diakhir pertemuan dengan menanyakan harapan setelah mendapat materi ini. Harapan ini bisa apa saja, misalnya dg bertanya kepada orgtuanya ketika pulang sekolah, atau tantangan membuat proyek-proyek belajar yang berkaitan dg materi.


Pada kelas spesial terkadang ada yang menyenangkan dan kadang ada yang menyedihkan.  Misalnya di kelas kita mengajar ada siswa inklusi ( ABK). Setiap guru dituntut untuk mewujudkan hasil belajar siswa bagus semuanya.  Tapi hal tersebut tdk bisa tercapai. Dan pada kelas spesial terkadang menambah beban pikiran guru. Untuk kelas inklusi, yang ada ABKnya harus ada individual education program, yaitu reduksi silabus dari kurikulum reguler. Tidak boleh disamakan dengan siswa regular lainnya.

Label guru killer oleh siswa terhadap seorang guru di sekolah sering kita jumpai. Namun harus dibedakan antara guru keras dan guru tegas. Guru killer adalah sebutan untuk guru keras. Ciri-cirinya, guru keras berdampak akan dijauhi, dihindari oleh siswa. Namun guru tegas, sebaliknya, akan dirindukan oleh siswanya. Percayalah zaman sekarang, siswa kita butuh guru yang tegas. Kedisiplinan yang diterapkan oleh guru tegas akan menjadi unsur siswa suka kepada gurunya.
Ada 3 cara sederhana mejadi guru tegas:
1.    Kita menjadi gurunya, orang yang memberikan ilmu.
2.    Kita menjadi orantuanya, kita memberikan nasihat-nasihat.
3.   Kita menjadi sahabat siswa, dengan membuka diri untuk menerima curhat dari siswanya.
Hanya yang perlu diperhatikan adalah WAKTU. Kapan kita harus jadi guru, orangtua, dan sahabat siswa-siswa kita.

Kesulitan dalam menghadapi siswa yang over acting, super bandel kalau kita ajar tidak nurut hanya mengganggu temannya. Kalau diingatkan marah dan mengatakan aku terus yang dimarahi. Ya, siswa kita memang beragam. anak yang over acting, biasanya ingin diperhatikan. Sebaiknya kita harus perhatikan anak tersebut sesuai porsinya. Terkadang dengan membagi perhatian kita kepada teman-temannya yang lain, akan membuat siswa yg bersangkutan sadar tentang makna porsi perhatian tersebut.

Cara merangkul anak yang di cap "nakal" walaupun sudah berbagai cara pendekatan dilakukan mulai dari cara lembut, nasehat, ketegasan, bahkan sudah sampai ke orang tuanya, yaitu kita tata terlebih dahulu mind set kita dan meyakini TIDAK ADA ANAK YANG NAKAL, YANG ADA ADALAH ANAK YANG KEBUTUHANNYA BELUM TERPENUHI. Jika kita sudah sepakat dengan paradigma ini, maka kita akan fokus kebutuhan apa yang belum terpenuhi dari anak tersebut. Ketika kita melakukan pendekatan untuk cari tahu kebutuhan yang belum terpenuhi, maka si anak bandel itu akan punya perasaan bahwa dia ternyata diperhatikan dan gurunya berusaha untuk membantunya menjadi lebih baik.


Ketika kita mengajar terkadang kita punya asumsi yang salah, kita menganggap siswa kita yang diam dan tenang sedang belajar. Padahal belum tentu, justru siswa kita aktif, ramai, dengan berbagai metode yang berpusat pada siswa (diskusi, dll) percayalah, sesungguhnya mereka sedang belajar. Jika kita peka terhadap momen spesial di kelas, maka hal ini sangat berhubungan dengan potensi kecerdasan setiap siswa. terkadang dari momen spesial ini, siswa yang sebelumnya pasif atau kita anggap tidak cerdas, tiba-tiba karena pantikan semangat dari gurunya tentang sesuatu hal, dia menjadi berubah cerdas. Akhirnya kita bersyukur bahwa sebenarnya tidak ada siswa yang bodoh.

Dalam menyikapi guru lain untuk lebih inovatif dan menarik dalam mengajar dan mereka lalai terhadap jadwal yang sudah diberikan surat perintah, yaitu tidak usah terlalu dipikirkan sikap guru yg tidak mau berubah. Teruslah kita tetap kreatif. Saya sering mengalami hal tsb. Saya jalan aja terus. Nanti hasilnya adalah informasi dari pihak ketiga, yaitu siswa kita. JIka ada siswa yg suka dengan cara ngajar kita. Mereka tertarik dan merindukan kita, itu saja cukup buat kita untuk modal bahwa kita sudah on the right track.

Bagi guru-guru yang kesulitan untuk memberikan apersepsi dan memotivasi siswa pada kegiatan pendahuluan adalah dengan memunculkan seni mengajar yang baik pada diri kita sebagai guru dengan meyakini bahwa seni mengajar bukanlah bakat, tapi harus dan bisa dipelajari. Sebagai contoh adalah seni mengajar agar siswa tertarik dimulai dari apersepsi yang menarik.

B. Temukan Spesial Moment dan Tuliskan
Sikap kita yang bijak terhadap teman-teman guru yang tidak kreatif, atau tidak mendukung usaha kita untuk kreatif, seperti kebiasaan menulis dan lain-lain sebenarnya sederhana. Yaitu selalu share kepada mereka karya kita, meskipun itu hanya 2 lembar artikel. Lalu sampaikan pertanyaan, kapan ya bisa dibalas juga dengan menunjukkan karya guru tersebut. jangan bosan-bosan menunjukkan atau share karya-karya kita.





Ketika kita dapat special moment dalam mengajar, cara kita mengembangkan ide tersebut diawali dari sebuah kalimat momen spesial, kemudian dikembangkan menjadi beberapa paragraf, antara lain:
1. Dimulai dengan identifikasi masalahnya apa.
2. Cari tahu penyebabnya apa.
3. Cari tahu tentang dampak jika masalah tidak selesai.
4. Hikmah kejadian itu apa.

Dalam menulis moment spesial tidak ada pembatasan jumlah paragraf  sehingga tulisan itu termasuk kategori artikel. Jenis tulisannya adalah artikel bebas. jadi tidak terikat dengan ketentuan artikel ilmiah. Percayalah karya tulis yang paling banyak dibaca adalah novel, karena mengandung unsur imajinasi yang memang disukai manusia. Novel adalah tulisan yang bersifat bebas.

Cara agar proses menulis pengalaman dapat mengalir dengan lancar:

1.    Kumpulkan saja dalam bentuk kalimat pendek tentang banyaknya kejadian, hanya dikumpulkan saja. Lalu untuk menulisnya harus satu persatu. Jangan kepikiran semua untuk ditulis. Mulailah dari yang kita anggap mudah untuk menulisnya.  

2.    Pokok pikiran atau informasi yang akan kita tulis berasal dari pengalaman atau kejadian saat kita menagajar di kelas, misalnya siswa memberikan puisi kepada kita tentang bagaimana gurunya mengajar. Judulnya Guru Mengajar atau Aku Belajar. Puisi itu disimpan dan akhirnya tulis jadi artikel bebas tentang puisi itu.

3.  Dari pokok pikiran atau bahan tulisan tersebut, saya menulis secara bebas. sementara saya kesampingkan aturan-aturan ejaan, terkadang bentuknya seperti cerita atau sebagai informasi saja. Perasaan bebas menulis inilah yg membantu kita untuk lancar menuangkan pokok pikiran.

4.    Setelah itu barulah kita edit pelan-pelan. Makin banyak kita lakukan ini, nanti editingnya makin sedikit.Tetap cerdas inspiratif dan menarik menambah wawasan berpikir luas.

Cara menyusun kata kata yang indah, runtut, enak dan mudah dipahami oleh  pembaca. Tulis aja dulu. Harus yakin tulisan kita sendiri enak dibaca. Nanti pada saat edit, barulah kita mulai belajar untuk menulis lebih dulu. Proses edit bisa juga kita minta tolong untuk dibaca oleh teman, dan meminta pendapatnya.

Upaya untuk menumbuhkan dan merawat motivasi agar kita bisa segera menuliskan momen special, walau kadang ada momen spesial yang hingga kini kita tidak lupa. Akan tetapi enggan untuk menuliskan. Tulis dulu saja, kualitas tulisan itu belakangan. Kalau saya jika kita sudah mulai beani menulis, itu adalah 80% keberhasilan. Sedangkan 20% nya adalah belajar memperbaiki tulisan kita.

                  

Bisa saja suka duka dalam mengajar itu ditulis dalam blog walau terkesan curhat, tapi harus ditutup dengan kesimpulan yang jelas atau semacam pernyataan kepada pembacanya. Hal ini berupa pesan moral atau info apa yang ingin dibagi oleh penulis dan moment tersebut dapat menjadi inspirasi bagi pembacanya, biasanya boleh langsung tulis nama siswa, sekolah dan kelasnya. Namun seandainya kita mendapatkan moment spesial yang negatif yang bersifat privasi dan biasanya lebih banyak memunculkan pembelajaran buat kita sebagaimana kata-kata bijak menyebutkan: JANGAN TAKUT SALAH, SEBAB ITULAH JALAN UNTUK MENDAPATKAN KEBENARAN. Bahkan moment negatif terssbut lebih memberi muatan emosional yang lebih kuat. Maka kejadian dan nama gunakan inisial atau disamarkan saja.

Memang perlu latihan. Coba setelah mengajar bertanyalah kepada diri kita sediri. Pertama apakah ada siswa yg tidak mempehatikan penjelasan kita. Coba lanjutkan dg pertanyaan kenapa? Kedua apakah ada siswa yang membantah kita? kenapa? Jadi cara menumbuhkan spesial moment dengan memperhatikan negatif karakter yang terjadi di kelas. Percayalah kita lebih mudah mengamati karakter negatif daripada karakter positif siswa-siswa kita.

Contoh kasus seorang siswa kelas 9 jagoan silat sering juara. Bahkan setiap ada even selalu juara. Tapi saat mengikuti pelajaran di sekolah agak meremehkan sekalipun sudah dijadikan ketua kelas oleh gurunya agar ada rasa tanggung jawab tetapi masih meremehkan tugas kelompok diberikan atau tanggung jawabnya sebagai ketua Kelas. Latar belakang  keluarganya broken home. Sudah diberi motivasi namun tetap tidak berpengaruh.

Jika kita sudah tahu siswa tersebut berasal dari keluarga broken home, dan memang rata-rata suka meremehkan. Penyebabnya adalah dia merasa bahwa cobaan hidup yang dialaminya lebih berat dari teman-teman atau bahkan gurunya. Caranya adalah peran kita menjadi ORANGTUANYA. Alatnya adalah nasihat-nasihat yang mendalam setiap ada kasus yang disebabkan oleh sifat meremehkan tadi. Jangan berperan jadi guru, atau sahabat, tapi berperanlah menjadi orangtua. Dia sebenarnya ingin diperhatikan oleh orang lain yang dianggap sebagai orangtuanya. Mulailah dengan menarik hikmah dari falsafah beladiri yang dia kuasai.

C. Kesan Peserta Kuliah Online Belajar Menulis

Materinya sangat bagus sekali. Pernah mengalami ada di kelas yang cap nakal. Tiga moment spesial tadi sudah saya terapkan di kelas dan alhamdulillah ada perubahan siswa. Sebetulnya tidak ada siswa yang nakal hanya mungkin kita yang harus lebih dekat dengan siswa. Hal yang saya lakukan di kelas, belajar diawali senyum dan semangat 45. Jika saat memberi latihan, jawaban siswa salah, maka saya suka memakai istilah CBL(COBA LAGI), klo jawaban kedua salah CBT(COBA TERUS), jika jawaban ke 3 masih salah   CBTSB(COBA TERUS SAMPAI BISA). Hindari mengajar dengan muka masam.  Alhamdulillah, siswa yg belajar dengan saya baik semuanya.

Saya baru sadar ternyata banyak momen spesial dengan murid-murid saya yang terlewat begitu saja. Murid nakal tentu saja ada karena memang demikianlah sifat di usia mereka. Tapi saat nakalnya berubah menjadi suatu bakat yang bisa membanggakan saya dan orang tuanya itu adalah suatu hal yang luar biasa. Murid yang pendiam dan pemalu pasti ada. Namun ketika diamnya berganti menjadi tarian dan lagu adalah hal yang hebat. Dan banyak momen lain yang hampir saya lupa yang akhirnya teringat kembali malam ini.
Terima kasih pak Munif Chatib atas kuliah singkatnya malam ini.

Saya sangat terkesan dengan penjelasan Bapak Munif Chatib. Selama ini banyak sekali momen spesial selama saya mengajar dengan berbagai level siswa dan berbagai background pendidikan. Hanya saja momen-momen itu hanya sekedar saya ingat, belum pernah saya tulis. Setelah mendengar penjelasan saya, saya menjadi bersemangat untuk memulai menulis.
Waktu saya buka link yang Pak Wijaya bagikan, woww... inspiring!!! Terima kasih untuk materi ini dan telah sudi berbagi. Salam Literasi.



Dituliskan kembali dari saduran chat WA berisi tanggapan dan respon para peserta kepada materi yang disampaikan narasumber.
Oleh: NUR ‘AINI KOSIM
SDN KEBON MELATI 01
Jakarta

PETUNJUK PENGERJAAN SOAL UJIAN

Contoh Petunjuk Umum Pengerjaan SOAL UJIAN Sebelum mengerjakan soal  ujian, sebaiknya siswa membaca petunjuk pengerjaan soal ujian agar sela...