Kamis, 16 April 2020

RESUME 9 Konteks Dasar Menulis




Kuliah Online Belajar Menulis Ke-9


Tiga Konteks Dasar Menulis

Setelah Omjay mempersilahkan untuk memulai acara Kuliah Online Belajar Menulis malam ini, Kamis (09-04-2020) dipandu oleh  moderator dari Bandung, yaitu Bapak Bambang Purwanto alias Mr.Bams dan narasumber kali ini adalah  Bapak Imam Fitri Rahmadi dosen Universitas Pamulang dan saat ini berkomunikasi langsung dari Austria karena sedang kuliah S3 di Johannes Kepler Universität Linz Austria (2019-sekarang). Beliau pernah menulis 2 buku yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo ketika masih kuliah S1 di UIN Jakarta (2018-2013). Pada penghujung kuliah S2 di Universitas Negeri Jakarta (2016), beliau mulai tertarik untuk menekuni penulisan akademik. Pada akhirnya, ketika mulai menjadi dosen di Universitas Pamulang (2017), beliau mengelola jurnal, menjadi reviewer jurnal kampus lain, dan banyak mengikuti pelatihan penulisan akademik bahasa Inggris untuk keperluan persiapan studi lanjut ke luar negeri.

Kuliah Online kali ini selama 120 menit dibagi menjadi 3 bagian:
I.          30 menit: membaca materi
Setelah nara sumber memperkenalkan diri, beliau menyampaikan dasar menulis, meliputi: pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf. Materi ditulis untuk bisa digunakan bukan hanya untuk penulisan akademik, tetapi juga untuk penulisan personal dan formal supaya materi dapat bermanfaat bagi semua peserta pelatihan yang beragam. Materi tersebut sudah disiapkan dalam tulisan khusus di blog:
https://tigabelase.wordpress.com/2020/04/06/dasar-menulis-kata-kalimat-dan-paragraf
Zaman Now dapat dipastikan bahwa setiap kita bisa menulis walau sekedar menulis status di WhatsApp dan Facebook, Blog atau di Instagram. Tulisan bisa menggunakan kata, kalimat, dan bentuk paragraf sesukanya sekalipun menulis keterangan foto yang diunggahnya di medsos. Menulis secara personal tidak mesti sesuai dengan kaidah dalam menulis.
Namun jika kita menulis formal, apalagi untuk keperluan akademik, terdapat berbagai kaidah baku yang harus diikuti. Penulisan formal biasanya digunakan oleh para jurnalis untuk menulis berita atau oleh para blogger profesional untuk menulis artikel populer. Sedangkan penulisan akademik digunakan oleh para akademisi untuk menulis berbagai karya ilmiah seperti makalah, laporan penelitian, atau artikel jurnal.
Tiga konteks dalam menulis antara lain pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf perlu dikuasai, agar kita dapat membuat tulisan yang enak dibaca dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan dan konteks penulisan.
1.  Pemilihan Kata
Pemilihan kata sangat menentukan rasa tulisan. Pilihan kata yang tepat dan selaras untuk menulis kalimat sesuai dengan tujuan dan konteks penulisan disebut dengan diksi. Antara penulisan personal, formal, dan akademik, diksi yang digunakan bisa sangat berbeda meskipun dimaksudkan untuk mengungkapkan atau menggambarkan hal yang sama.
Cermati tiga kalimat di bawah ini:
·         Ibu guru sedang ngobrol-ngobrol dengan kepala sekolah.
·         Ibu guru sedang berbincang-bincang dengan kepala sekolah.
·         Ibu guru sedang berdiskusi dengan kepala sekolah.
Berbeda satu kata antara ngobrol-ngobrolberbicara, dan berdiskusi dapat mengubah rasa dari sebuah kalimat. Makna ketiga kalimat tersebut sama-sama menggambarkan proses komunikasi dalam bertukar informasi antara ibu guru dengan kepala sekolah. Namun, kata ngobrol-ngobrol terasa lebih personal, kata berbicara terasa lebih formal, sedangkan kata berdiskusi terasa lebih akademik.

2.  Penulisan Kalimat
Menulis kalimat yang baik sesuai dengan Subjek, Prediket, Objek, dan Keterangan (SPOK) sudah dipelajari sejak di bangku Sekolah Dasar (SD). Sebagai contoh kalimat sederhana atau tunggal yang setidaknya terdiri dari subjek dan predikat, seperti “saya membaca” atau yang lebih lengkap “saya membaca tulisan di blog.”
Kalimat terdiri dari kalimat sederhana (simple sentence), kalimat gabungan (compound sentence), kalimat kompleks (complex sentence), dan kalimat campuran.
Contoh yang diberikan Bapak Iman Fitri Rahmadi, sebagai berikut:
1)      Sederhana:
 Saya membaca tulisan di blog
2)      Gabungan:
Saya membaca tulisan di blog untuk menambah pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat.
3)      Kompleks:
Saya membaca tulisan di blog ketika sedang bekerja dari rumah.
4)      Campuran:
Saya membaca tulisan di blog untuk menambah pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat ketika sedang bekerja dari rumah.
3.  Penyusunan Paragraf
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang mempunyai satu kalimat topik (topic sentence) sebagai ide pokok atau gagasan utama (main idea) dan beberapa kalimat penjelas (supporting sentences) sebagai detail yang menjelaskan ide pokok. Supaya enak dibaca dan tulisan mudah dipahami, susun paragraf deduktif.
Gunakan bentuk kalimat sederhana untuk membuat kalimat topik. Cara gampang untuk membuat kalimat topik, adalah pastikan anda meletakkan ide pengontrol atau controlling idea pada setiap kalimat topik. Bentuk kalimat penjelas harus bervariasi, terdiri dari kalimat gabungan dan kompleks, serta dilengkapi dengan konjungsi sebagai transisi antar kalimat supaya paragraf mengalir dengan baik, enak dibaca, dan mudah dipahami.
Contoh paragraf yang baik:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Pada satu sisi, bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas sehingga karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit. Pada sisi lain, bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel dan lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, bekerja dari rumah bukan hanya dapat menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi tetapi juga menghemat biaya operasional kantor.
Pada penulisan akademik, kata ganti personal baik orang pertama, kedua, atau ketiga sebaiknya dihindari dengan mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan menghilangkan kata gantinya. Misalkan, “saya melakukan penelitian ini untuk mendeskripsikan . . .”, maka sebaiknya ditulis seperti ini: “penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan . . .”
Latihan membuat variasi kalimat dalam setiap paragraf seperti contoh tersebut harus sering dipraktekkan dalam menulis supaya tidak monoton dan lebih menarik untuk dibaca.Variasi kalimat ini berlaku untuk penulisan personal, formal, dan akademik.  
Secara umum, paragraf dibagi menjadi dua, yaitu paragraf deduktif dan induktif. Paragraf deduktif meletakkan gagasan utama pada kalimat pertama dalam paragraf dengan penjelasan dari umum ke khusus. Sedangkan paragraf induktif adalah sebaliknya; gagasan utama pada kalimat terakhir dalam paragraf degan penjelasan dari khusus ke umum. Nah, supaya tulisan enak dibaca dan mudah dipahami, sebaiknya gunakan jenis paragraf yang pertama.
Gagasan utama yang terletak pada kalimat pertama dalam sebuah paragraf memudahkan pembaca untuk langsung mendapatkan ide pokok paragraf di awal. Berbeda ketika gagasan utama diletakkan pada kalimat terakhir dalam sebuah paragraf, pembaca harus membaca sampai ujung paragraf dulu baru mendapatkan ide pokoknya. Menyusun paragraf yang enak di baca dan mudah dipahami adalah variasi kalimat dalam sebuah paragraf : tulis kalimat topik dalam bentuk kalimat sederhana, baru kemudian lakukan variasi bentuk kalimat pada beberapa kalimat penjelasnya. Jadi, kalimat topik yang berlaku sebagai gagasan utama harus ditulis dalam bentuk sesederhana mungkin. Hindari menggunakan kalimat gabungan dan kompleks untuk menuliskan gagasan utama. Sebaliknya, lakukan aneka variasi kalimat pada beberapa kalimat penjelas dan diperhalus transisinya dengan konjungsi atau kata penghubung. Supaya lebih jelas, mari kita lakukan simulasi paragraf dengan menggunakan beberapa kalimat berikut:
Kalimat topik: Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan.
Beberapa kalimat penjelas:
Bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas.
Karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri.
Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit.
Bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel.
Lebih banyak waktu untuk keluarga.
Menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi.
Menghemat biaya operasional kantor.

Apabila dijadikan paragraf yang semua merupakan kalimat sederhana, maka jadinya seperti ini:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas. Karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit. Bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel. Lebih banyak waktu untuk keluarga. Menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi. Menghemat biaya operasional kantor.

Namun, jika kita melakukan variasi bentuk kalimat dan menambahkan beberapa konjungsi, menjadi lebih enak dibaca dan mudah dipahami seperti ini:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Pada satu sisi, bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas sehingga karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit. Pada sisi lain, bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel dan lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, bekerja dari rumah bukan hanya dapat menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi tetapi juga menghemat biaya operasional kantor.

Ada perbedaan rasa saat membaca antara paragraf yang isinya semua hanya kalimat sederhana dengan paragraf yang berisi variasi kalimat gabungan dan kompleks. Konjungsi yang berfungsi sebagai transisi antar kalimat membuat setiap kalimat dalam paragraf mengalir dengan baik sehingga paragraf enak dibaca dan mudah dipahami.

Cara gampang untuk membuat kalimat topik sebagai gagasan utama dalam paragraf, adalah pastikan anda meletakkan ide pengontrol atau controlling idea pada setiap kalimat topik. Contohnya seperti kalimat topik di atas: “Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan”, di sini kekurangan dan kelebihan bekerja dari rumah menjadi ide pengontrolnya.
Ada lagi misalnya: “Pencegahan virus Corona dapat dilakukan dengan berbagai cara,” maka di sini berbagai cara pencegahan virus dijadikan pengontrol paragraf sehingga kalimat penjelasnya harus terdiri dari beberapa kalimat yang memberikan informasi apa saja berbagai cara pencegahannya.
Materi di atas justru sangat cocok untuk penulisan yang bukan karya sastra seperti artikel populer, berita, laporan penelitian, dan lain sebagainya.
Karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, pantun, dan lainnya tidak harus mengikuti kaidah di atas. Penulisannya sangat bebas sesuai dengan kreativitas penulis. Namun, dalam penulisan paragraf, pada intinya juga berlaku sama: setiap paragraf yang ditulis mengandung suatu ide pokok yang ingin disampaikan.
Pada setiap paragraf tidak harus selalu terdiri dari 4 jenis kalimat di atas, terlalu banyak variasi kalimat juga tidak baik karena akan membuat bingung pembaca. Menjaga kalimat bervariasi secara seimbang antara kalimat sederhana dengan bentuk kalimat lainnya menjadi kunci supaya tulisan enak dibaca dan mudah dipahami.

 II.        60 menit: diskusi atau tanya-jawab materi
1.      Bagaimana proses dan rahasia kreatif Anda?
Proses dan rahasia kreatif yang saya lakukan adalah dengan membaca. Inspirasi itu secara ilmiah yang berarti ditemukan dengan banyak baca, memperbanyak input sebelum outputnya ditulis.
2.      Adakah hambatan terbesar selama proses kreatif ini?
Hambatan terbesar adalah mencari Niche alias topik yang orisinil yang belum ditulis oleh orang lain. Saya lebih sudah menyebutnya sebagai tantangan. Ibarat mau meneliti, tantangannya adalah mencari reserach gap sebagai novelty penelitian kita.
3.      Bagaimana Anda melihat fenomena literasi pada generasi milenial saat ini?
Terutama dengan maraknya medsos dan berita hoaks. Literasi digital generasi milenial masih sangat minim. Gerakan literasi digital di Indonesia sudah banyak yang mengarah ke penanggulangan hoaks, ciber bullying, pornografi, dan lainnya. Justru yang kur…
4.      Bagaimana tips memilih konjungsi yang tepat untuk menghubungkan setiap kalimat dalam satu paragraf dan bagaimana menghubungkan antar paragraph”
Konjungsi antar kalimat dipilih berdasarkan jenis kalimatnya. Sedangkan, konjungsi antar paragraf dikontrol dengan kalimat topiknya. Untuk menjawab ini harus melihat gambaran besar struktur sebuah artikel. Jadi, dalam pendahuluan, penulis mencantumkan thesis statement alias pendapat penulis dulu. Pendapat penulis mengandung beberapa kalimat topik. Nah, kalimat topik itu nanti yang akan ditaruh satu per satu di setiap paragraf. Sehingga satu artikel nyambung semuanya. Jika kalimatnya mengandung sesuatu yang kontras bisa gunakan konjungsi: namun, padahal, dan lainnya.
5.      Dalam membuat kalimat harus jelas topik yang dibahas / diutarakan.  Apakah bisa untuk memperjelas kalimat yang dimaksud menggunakan bahasa dalam sebuah kalimat  menggunakan bahasa lokal. Dan apakah daerah lain paham jika menggunakan bahasa lokal.  Jika tanpa ada keterangan yang umum/ bahasa yang diketahui oleh umum.
Bisa. Cara penulisannya, bahasa lokal dituliskan dengan huruf miring. Kemudian dikasih penjelasan apa yang dimaksud dari istilah lokal yang digunakan tersebut. Apabila sudah ditulis miring sebetulnya dalam kaidah penulisan bahasa indonesia semua orang sudah paham kalau itu istilah di luar bahasa indonesia. 
6.      Bagaimana cara berlatih supaya kita pandai memilih atau menempatkan kata-kata, sehingga menarik bagi para pendengar atau pembaca? Bagai mana membuat paragraf yang tepat ?
Pahami kembali struktur paragraf. Materi yang saya tulis belum terlalu dalam membahas tentang penyusunan paragraf.

Melalui pertanyaan ini, akan saya coba perdalam. Itu dari segi struktur. Kemudian, ini dari segi kalimat penjelasnya: Praktikkan menulis paragraf yang tepat, sekiranya begini. Selalu tanyakan "what/why" apa atau kenapa dari kalimat topik.
Jika kalimat topik membutuhkan detail apa, maka jelaskan apanya.
Jika kalimat topik butuh detail kenapa, maka jelaskan kenapanya.
Satu lagi, jika apa dan kenapa tidak berfungsi, saatnya berpikir alternatif dengan kata "jika". Yang ini agak susah dijawab dengan tulisan. Namun, beberapa paragraf dalam tulisan materi saya ada juga yang menggunakan alternatif kata "jika".
Tidak ada. Dalam tata bahasa indonesia yang resmi pun kata asing boleh dimasukkan dengan cara penulisan tertendiri. Biasanya dengan dicetak miring.
7.      Tentang penggunaan kalimat, kata atau juga frasa. Terkadang dalam menulis buku ada beberapa istilah teknis yang justru kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sedikit aneh, dan mungkin berubah pemahaman bagi pembaca. Adakah ketentuan dari penerbit bahwa naskah diupayakan dalam bahasa Indonesia yang baku ?
Saya baru membuat 2 buah buku melalui penerbit independen. Ada sedikit "kebebasan" Semua tergantung konteks dan terget pembaca sebetulnya. Penerbit besar seperti Elexmedia, naskah teman saya diterbitkan di sana dengan gaya bahasa elu gue. Tidak msalah karena target pembaca anak alay.

8.      Sebaiknya dlm karya ilmiah menggunakan paragraf deduktif, induktif  atau campuran . Atau boleh semuanya.
Secara umum, boleh semuanya. Namun, dalam teori penulisan akademik, supaya paragraf mudah dipahami gunakan paragraf deduktif. Jadi, kalimat pokok selalu di depan. Dalam penulisan artikel jurnal juga seperti itu. Sejauh saya mengamati, penerapan paragraf deduktif, induktif  atau campuran, itu hanya diaplikasikan dalam reading atau naskah bacaan untuk ujian bahasa atau ujian sekolah. Namun, praktek dalam menulis, yang banyak digunakan adalah paragraf deduktif.
9.      Apakah dalam penulisan  paragraf dalam sebuah buku misalnya buku untuk materi pembelajaran maka diksinya harus selalu akademik atau boleh bervariasi?
Pemilihan diksi tergantung target pembaca. Dalam konteks buku pelajaran sebaiknya gunakan diksi yang formal saja. Siswa akan bingung jika diksi terlalu akademik. Beda misalkan membuat buku teks untuk anak kuliah atau kalangan akademisi, dimana ini sudah masuk ke penulisan akademik, gunakan diksi akademik.
10.  Apakah menulis harus benar benar menggunakan kata baku meskipun untuk cerita fiksi.
Tidak. Sederhananya, mengutip judul lagunya almarhum Glen Fredly, "terserah . . ." Sesuka penulisanya jika ingin menulis fiksi. Namun, ada satu hal yang tetap dijadikan patokan, setiap satu paragraf pasti ada inti pesan yang ingin disampaikan meskipun dalam penulisan fiksi. Tetapi, dalam penulisan paragraf tersebut tidak seketat penulisan non-fiksi.

III.       30 menit: latihan menyusun paragraf

Latihan 1:
Paragraf ini belum memiliki kalimat topiknya. Jadi kasihan, anak kalimatnya tidak memiliki induk kalimat. Minta tolong untuk dibuatkan kalimat topiknya kemudian ditaruh sebagai kalimat pertama pada paragraf tersebut.

Tetap di rumah saja dinilai sebagai salah satu cara yang paling efektif. Menggunakan masker ketika terpaksa harus bepergian dan selalu menjaga jarak dengan orang lain merupakan cara lainnya. Senantiasa jaga stamina dengan istirahat yang cukup juga dapat dilakukan untuk menjaga imun tetap baik sehingga tidak rentan tertular.

Latihan 2:

Paragraf ini baru ada kalimat topiknya. Mohon tambahkan minimal 3 kalimat penjelas:
Pendemi koronavirus mengubah pola orang dalam bersosialiasi, bekerja, dan belajar di Indonesia.

Latihan 3:

Buat satu paragraf dengan tema bebas. Kalimat topik harus memiliki ide pengontrol. Paragraf memiliki setidaknya 3 kalimat penjelas yang mendukung atau menjelaskan lebih lanjut ide pengontrol.

Rubrik Penilaian Latihan

Bapak Imam menyampaikan rubrik penilaian latihan yang diebriak kepada peserta belajar menulis gelombang 7, sbb:

Latihan 1:

Tema: virus corona
Topik: pencegahan penularan virus
Ide pengontrol: berbagai cara/metode/tips

Contoh kalimat topik yang benar:
1. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mencegah penularan virus corona.
2. Pencegahan penularan virus corona dapat dilakukan dengan beberapa metode.
3. Perhatikan aneka tips berikut ini agar tidak tertular virus corona.


Latihan 2:

Tema: pandemi koronavirus
Topik: perubahan pola kehidupan di Indonesia
Ide pengontrol: pola (1) bersosialiasi, (2) bekerja, dan (3) belajar

Format kalimat penjelas (KP) yang benar:
Pandemi koronavirus mengubah pola orang dalam bersosialiasi, bekerja, dan belajar di Indonesia. KP 1: menjelaskan tentang perubahan pola bersosialisasi. KP 2: menjelaskan tentang perubahan pola bekerja. KP 3: menjelaskan tentang perubahan pola belajar.

Ada beberapa di antara Bapak dan Ibu sudah hampir benar menuliskan beberapa kalimat penjelas. Sayangnya, penulisan kalimat tidak urut demikian, yang mengakibatkan urutan logikanya atau logical order-nya salah sehingga mengurangi nilai koherensi paragraf. Jadi urutan kalimat penjelas harus sesuai dengan urutan ide pengontrol yang sudah ditentukan.


Latihan 3:

Mengingat ini adalah latihan bebas, maka rubrik yang bisa saya berikan hanya sebuah refleksi. Silakan Bapak dan Ibu mencermati 2 latihan sebelumnya dan mereflesikan pada paragraf bebas yang sudah ditulis. Jika paragraf tersebut sekiranya sudah memenuhi kaidah penulisan paragraf yang baik dan benar, maka latihan 3 dapat dinyatakan sudah tepat.

Saya jadi banyak belajar untuk bisa menyampaikan materi ini dengan baik. Sekali lagi, terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Apabila masih ada yang ingin ditanyakan, jangan ragu untuk menuliskan di kolom komentar pada tulisan materi di blog. Semoga apa yang sudah kita bahas dapat bermanfaat. Salam sehat selalu!

Imam Fitri Rahmadi
Linz – Austria, 10 April 2020


Demikianlah hasil, Kurang lebih materi pembahasan pada Kuliah Online Belajar Menulis di WAG Belajar Menulis Gelombang 7. Tanpa bermaksud mengurangi konten materi pembahasan yang berasal dari narasumber dan sesi tanya jawab, walaupun tidak semua kami tuliskan dalam resume ini.




Oleh: NUR ‘AINI KOSIM
          SDN Kebon Melati 01
           Jakarta

RESUME 8 CERPENTING



Resume ke 8
CERPENTING
Budiman Hakim (Om Bud)

   Kuliah Online Belajar Menulis ke delapan ini, ada yang sedikit berbeda. Pembelajaran dipandu oleh moderator bernama Mr Bams (Bapak Bambang) dengan narasumber Bapak Budiman Hakim atau biasa dipanggil Om Bud  dengan keahlian Workshop copywriting, generating ideas, storytelling, creative writing, dll.




Om Bud mengawali karir sebagai copywriter di Advertising Agency, Leo Burnett, kemudian pindah ke Advertising Agency Ogilvy. Saat ini Budiman Hakim sebagai pengajar di kampus, pengusaha UKM dan korporasi di Indonesia. Om Bud sudah menulis sekitar 9 buku, dengan buku terbarunya “ Menulis Tanpa Ide”.

Bapak Budiman Hakim mengawali kuliah online di WA Grup Belajar Menulis Gelombang 7, dengan menyapa peserta Kuliah Online Belajar Menulis (KULONJARLIS) dengan salam dan sedikit perkenalan dari beliau. Materi yang disampaikan Om Bud adalah Menulis Tanpa Ide, sebagaimana judul buku hasil karyanya.

Menarikkah Tulisan Mu?

Om Bud sebagai narasumber mengulas bagaimana agar kita dapat menentukan sebuah tulisan  menarik atau tidak, dengan cara membangkitkan emosi pembaca saat membaca tulisan kita. Caranya dengan mengajukan pertanyaan sebagai feedback dari tulisan tersebut, yaitu: “Apakah tulisan kita mampu membuat pembaca tertawa terbahak-bahak, menangis, marah, atau emosi lainnya saat membaca tulisan karya kita. Jika jawabannya adalah ya, itu artinya tulisan kita mampu menggugah EMOSI pembacanya.
Jadi kata kunci supaya tulisan kita menarik adalah EMOSI. Saat kita akan menulis sebuah cerita, kita wajib menuangkan ide cerita yang mengandung unsur EMOSI.

Menulis bermodal EMOSI !

Setiap kita tentunya punya EMOSI, saat mengalami kejadian – kejadian atau peristiwa hidup dalam keseharian kita.  Om Bud memberikan trik jitu kepada para peserta belajar menulis untuk memciptakan karya tulisan yang menarik bagi pembaca, yaitu dengan  menuliskan semua pengalaman EMOSI  kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu cerita lucu, menyedihkan, atau luapan emosi lainnya, yang terkesan tidak penting banget untuk di tuliskan. Metode Om Bud sering menyebutnya dengan CERPENTING.

CERPENTING itu apa yaaa??
CERPENTING (Cerita Pendek Tidak Penting) yang dimaksudkan oleh  Om Bud adalah suatu cara mudah agar kita mampu untuk membuat tulisan dimulai dari  menuliskan peristiwa-peristiwa REMEH yang terjadi di sekeliling kita. Sekalipun ceritanya sepele atau gak serius banget tapi dapat membuat kita ketawa atau terharu atas peristiwa itu. Dengan kata lain emosi kita saat itu tergugah. Jadi apapun pengalaman dalam keseharian kita yang menyebabkan kita jadi EMOSI, maka harus segera ditulis sebagai CERPENTING.
Tulisan cerpenting memang menuliskan sesuatu yang TIDAK PENTING tapi jika kita bisa memancing  EMOSI  pembaca dengan topik yang sangat sepele itu, pastinya tulisan kita akan jadi bagus banget.
Dengan terbiasanya kita membuat tulisan cerpenting maka kita akan selalu semangat untuk menulis. Kiat memotivasi kita untuk selalu menulis adalah kita tidak perlu memikirkan apa manfaat dari tulisan yang kita buat, tapi kita harus memiliki mindset sebagai tulisan yang menyenangkan. Kenapa menyenangkan? Karena kita mengalaminya sendiri dan terbukti menggugah emosi kita dan orang – orang yang mungkin saat peristiwa itu terjadi mengalami hal yang sama yaitu EMOSI, jadi tidak ada salahnya jika kita abadikan dalam tulisan.

Mulailah Menulis

Sebagaimana kata – kata mutiara yang umumnya kita sering dengar atau membacanya, yaitu
Jangan Menunggu Kaya Untuk Bersedekah
Tapi
Bersedekahlah Maka Anda Akan Semakin Kaya
Om Bud sebagai narasumber menulis tanpa ide, memformulasikan kata – kata mutiara tersebut yang digunakan sebagai kata – kata motivasi bagi penulis pemula menjadi:
"Jangan menunggu ide datang lalu baru menulis. Menulislah dulu maka ide akan datang padamu.”
Jadi ide itu gak boleh ditunggu. Ide itu harus dipancing dengan mulai menulis apapun peristiwa yang kita alami. Dan tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa menulis karena tidak punya ide.

Bagaimana cara untuk memulainya?

Cara menulis versi Om Bud  terutama bagi kita nggak punya ide (penulis pemula):
·         Perhatikan kondisi sekeliling kita,
·         Tuliskan benda-benda yang terekam melalui pancaindera kita (misalnya minimal 6 benda),
·         Kemudian buat kalimat untuk setiap benda tersebut, susun semua benda tadi menjadi satu kesatuan kalimat menjadi paragraf cerita yang bermakna.
·         Dengan menuliskan apa yang ditemukan oleh pancaindera, tulisan tersebut akan berfungsi menjadi pemicu supaya ide datang.
·         Contoh:
Benda-benda yang Om Bud pilih adalah :
ü  Sepatu Tua
ü  Kasur
ü  Kulkas
ü  Pintu
ü  Handuk
ü  Pancuran
Tanpa membutuhkan waktu lama, mungkin cuma beberapa menit, terciptalah tulisan sebagai berikut ini:

Brak! PINTU kamar tidur kudorong dengan kuat sehingga menimbulkan suara menggelegar. Aku terlalu capek sehingga langsung kubanting tubuhku di atas KASUR yang empuk. Kepalaku mau pecah rasanya karena letih.

“Aku benci sama kamu!!!” Tiba-tiba terdengar suara mengagetkanku..

Aku mencari suara tersebut ternyata datangnya dari SEPATU TUA yang sedang mojok di sudut kamar, di samping KULKAS.

“Kenapa kok benci?” tanyaku terheran-heran kok sepatu itu bisa berbicara.

“Sejak kau memiliki sepatu baru, kau tidak pernah peduli lagi padaku. I hate you!!”

Hah? Sepatu lamaku cemburu dan merasa dicampakkan. Aduh! Apakah aku sudah gila?

“I HATE YOU!!!!!!”””
           
Dengan cepat aku berdiri meraih HANDUK lalu masuk ke kamar mandi. Barangkali guyuran air dingin dari PANCURAN bisa menyegarkan tubuh dan pikiranku. Bismillah….

Kita seperti lagi melakukan permainan 6 kata. Situasinya fun tapi berpotensi menjelma menjadi tulisan yang berkualitas master piece.
Kalau kita mengambil ide dari benda disekitar kita seperti yang  om Bud contohkan tersebut, terkesan hanya untuk 1 paragraf saja. Lalu bagaimana kita menambah kalimatnya untuk bisa menjadi 1 atau 2 halaman?
Jika tulisan “Sepatu Butut” tersebut bikin jadi novel yang seru. Om Bud bisa menulis kelanjutan cerita tersebut menjadi:

Setiap ada yang nginep dikosan saya selalu terbunuh. Polisi menuduh saya adalah pembunuhnya karena gak ada orang lain lagi selain saya. Di ending cerita, ternyata sepatu tua itulah yang membunuhnya. Sepatu tua itu rupanya sudah dimasukin roh jahat yg entah dari mana datangnya....dan seterusnya.

Kesimpulan :

1. Saat menulis tidak mempedulikan panjangnya berapa halaman. Yang terpenting adalah tulis
dulu aja sampai selesai dan apa yang ada di dalam hati kita telah terekspresikan sepenuhnya. Apakah jadinya 1 halaman atau 100 halaman....itu nggak masalah.   
Misalnya kita bisa memakai kutipan orang lain, dan harus menuliskan sumbernya. Kita bisa memasukkan humor ke salah satu adegan cerita yang sesuai dengan konteksnya. Menulis itu bukan untuk menyenangkan orang lain tetapi untuk menyenangkan diri sendiri. Jika ada orang lain suka dengan karya kita anggap aja itu sebagai bonus dari menulis.
2.  Memancing ide cukup dengan 2 metode, yaitu :
 1. Memanfaatkan emosi.
 2, Memancing dengan 6 (enam) benda.

3.  Tulisan harus disesuaikan dengan karakter kita. Biasanya kita akan tergugah emosinya oleh hal
seperti apa, maka tuliskanlah! Soal jadinya lucu, sedih, ngeselin, menghibur, atau marah, biarkan aja jadinya seperti apa. Pokoknya emosinya terdapat di dalamnya.



Contoh CERPENTING dari Om Bud:


PERCAKAPAN DENGAN CARAKA
Selepas makan siang dan sholat, saya dan teman- - teman caraka dan satpam biasa berkumpul di pos satpam. Tidak lama waktu berselang datang salah satu caraka bernama Jemi, lalu saya coba membuka diskusi dengan dia..
Saya : “Jem..gue nanya jujur ke lo neh. Elo kalau dipanggil Bu Ety mau nggak? Kalau  gue mah nggak bakal mau Jem.”
Jemi : “Loh emang kenape Pak Fir? Pak Fir kan,  wakil kepsek masa di panggil kepsek Bu Ety nggak mau sih?”
Saya : “ Sampe kapan pun gue nggak akan mau dipanggil Bu Ety…lo catet yee!”Sambil nada agak tinggi dan yang lain bingung lihat sikap saya.
Jemi : “ Jangan gitu,  Pak Fir itu harus mau dipanggil Bu Ety kapan pun.” Sambil ngelus pundak saya
Saya : “Mana mau gue dipanggil Bu Ety, kan nama gue Firdaus! Masa dipanggil Bu Ety…hahaha”
Jemi : “Jiaah…dasar wakil sarpras gelo!!” Jalan keluar pos satpam sambil ngegerundel.

Jadi dalam menulis kita akan memasuki dua ruangan, yaitu ruang imajinasi dan ruang editing. Yang pertama harus kita masuki adalah ruang imajinasi. Di sini kita harus berimajinasi sebebas - bebasnya. Lupakan tata bahasa, lupakan norma dan lupakan nilai-nilai apapun. Setelah cerita selesai ditulis barulah kita masuki ruang editing. Di sinilah semua tata bahasa dan nilai-nilai tadi kita masukkan. Di sinilah hati nurani menjadi sensor kita.

Menulis itu sebuah proses. Menulis bukan skill yang bisa diperoleh dalam waktu semalam. Jadi kita memang harus berlatih. Berlatih memang sebuah periode yang membosankan. Itu sebabnya metode ini Om Bud ciptakan, supaya proses latihan jadi lebih menyenangkan.



Oleh: NUR ‘AINI KOSIM
SDN KEBON MELATI 01

JAKARTA


 

PETUNJUK PENGERJAAN SOAL UJIAN

Contoh Petunjuk Umum Pengerjaan SOAL UJIAN Sebelum mengerjakan soal  ujian, sebaiknya siswa membaca petunjuk pengerjaan soal ujian agar sela...