Nilai Seratus Ribu Rupiah Berubah
"Seratus ribu, mana cukup?" Sering terdengar keluhan yang diujarkan oleh kebanyakan kaum hawa. Pernahkah kita mengalaminya? "Apalagi dalam kondisi seperti saat ini, Social Distancing karena wabah virus corona. Tahun 1998 waktu zaman isu krisis moneter melanda dunia, uang dengan nominal di bawah seratus ribu aja, masih bisa buat makan sehari. Kok bisa, he..he... karena ada banyak ikan yang muncul dan dijual murah khusus di era krisis tersebut yaitu ikan krismon (krisis moneter). Kalau sekarang kan nggak ada ikan covid-19 atau ikan corona. Jadi jika belanja kebutuhan sehari - hari seratus ribu masih ada aja yang nggak kebeli." Salah satu jawaban canda yang kadang dicetuskan para ibu - ibu saat curhat sesama mereka.
Di lain tempat, ada celetukan yang dilontarkan seorang ibu kepada temen di dekatnya. "Wuiiih, busyet deh tuh orang, ngasih sumbangannya gede banget! Seratus ribu, Jeng. Kalau kita mah, boro - boro dah, buat sumbangan segitu. Keseringan dua ribu, paling besar lima ribu kali ya?"
Dua fenomena cara pandang yang berbeda terhadap seratus ribu rupiah. Apakah kita mengalami kedua fenomena tersebut? Terlebih kondisi saat ini, ya. Nilai uang pecahan rupiah terbesar itu, mengalami nilai harga yang berbeda dengan sudut pandang yang berbeda pula. Bagaimana dengan kita? Apa langkah yang tepat untuk menjaga nilai seratus ribu rupiah bisa kita gunakan secara bijak, terutama dalam masa sulit seperti saat ini? Selamat mengeksplor pengalaman anda dengan uang selembar yang bernama seratus ribu rupiah!
Oleh: NUR 'AINI KOSIM
SDN Kebon Melati 01 Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar