Resume ke 8
CERPENTING
|
Budiman Hakim (Om Bud) |
Kuliah Online Belajar Menulis ke delapan ini, ada yang
sedikit berbeda. Pembelajaran dipandu oleh moderator bernama Mr Bams (Bapak
Bambang) dengan narasumber Bapak Budiman Hakim atau biasa dipanggil Om Bud dengan keahlian Workshop copywriting, generating
ideas, storytelling, creative writing, dll.
Om
Bud mengawali karir sebagai copywriter di Advertising Agency, Leo Burnett,
kemudian pindah ke Advertising Agency Ogilvy. Saat ini Budiman Hakim sebagai
pengajar di kampus, pengusaha UKM dan korporasi di Indonesia. Om Bud sudah
menulis sekitar 9 buku, dengan buku terbarunya “ Menulis Tanpa Ide”.
Bapak
Budiman Hakim mengawali kuliah online di WA Grup Belajar Menulis Gelombang 7,
dengan menyapa peserta Kuliah Online Belajar Menulis (KULONJARLIS) dengan salam
dan sedikit perkenalan dari beliau. Materi yang disampaikan Om Bud adalah
Menulis Tanpa Ide, sebagaimana judul buku hasil karyanya.
Menarikkah Tulisan Mu?
Om
Bud sebagai narasumber mengulas bagaimana agar kita dapat menentukan sebuah
tulisan menarik atau tidak, dengan cara membangkitkan
emosi pembaca saat membaca tulisan kita. Caranya dengan mengajukan pertanyaan
sebagai feedback dari tulisan tersebut, yaitu: “Apakah tulisan kita mampu
membuat pembaca tertawa terbahak-bahak, menangis, marah, atau emosi lainnya
saat membaca tulisan karya kita. Jika jawabannya adalah ya, itu artinya tulisan
kita mampu menggugah EMOSI
pembacanya.
Jadi
kata kunci supaya tulisan kita menarik adalah EMOSI.
Saat kita akan menulis sebuah cerita, kita wajib menuangkan ide cerita yang
mengandung unsur EMOSI.
Menulis bermodal EMOSI !
Setiap
kita tentunya punya EMOSI, saat mengalami kejadian – kejadian atau
peristiwa hidup dalam keseharian kita. Om Bud memberikan trik jitu kepada para
peserta belajar menulis untuk memciptakan karya tulisan yang menarik bagi
pembaca, yaitu dengan menuliskan semua
pengalaman EMOSI kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu
cerita lucu, menyedihkan, atau luapan emosi lainnya, yang terkesan tidak
penting banget untuk di tuliskan. Metode
Om Bud sering menyebutnya dengan CERPENTING.
CERPENTING
itu apa yaaa??
CERPENTING
(Cerita Pendek Tidak Penting) yang dimaksudkan oleh Om Bud adalah suatu cara mudah agar kita mampu
untuk membuat tulisan dimulai dari menuliskan peristiwa-peristiwa REMEH yang
terjadi di sekeliling kita. Sekalipun ceritanya sepele atau gak serius banget tapi dapat membuat
kita ketawa atau terharu atas peristiwa itu. Dengan kata lain emosi kita saat
itu tergugah. Jadi apapun pengalaman dalam keseharian kita yang menyebabkan
kita jadi EMOSI, maka harus segera ditulis sebagai
CERPENTING.
Tulisan cerpenting memang
menuliskan sesuatu yang TIDAK PENTING tapi jika kita bisa memancing EMOSI pembaca dengan topik yang sangat sepele itu, pastinya tulisan
kita akan jadi bagus banget.
Dengan
terbiasanya kita membuat tulisan cerpenting maka kita akan selalu semangat untuk
menulis. Kiat memotivasi kita untuk selalu menulis adalah kita tidak perlu memikirkan
apa manfaat dari tulisan yang kita buat, tapi kita harus memiliki mindset sebagai tulisan yang
menyenangkan. Kenapa menyenangkan? Karena kita mengalaminya sendiri dan
terbukti menggugah emosi kita dan orang – orang yang mungkin saat peristiwa itu
terjadi mengalami hal yang sama yaitu EMOSI, jadi tidak ada salahnya jika kita
abadikan dalam tulisan.
Mulailah
Menulis
Sebagaimana
kata – kata mutiara yang umumnya kita sering dengar atau membacanya, yaitu
Jangan Menunggu Kaya Untuk Bersedekah
Tapi
Bersedekahlah Maka Anda Akan Semakin Kaya
Om
Bud sebagai narasumber menulis tanpa ide, memformulasikan kata – kata mutiara
tersebut yang digunakan sebagai kata – kata motivasi bagi penulis pemula menjadi:
"Jangan
menunggu ide datang lalu baru menulis. Menulislah dulu maka ide akan datang
padamu.”
Jadi
ide itu gak boleh ditunggu. Ide itu
harus dipancing dengan mulai menulis apapun peristiwa yang kita alami. Dan
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa menulis karena tidak punya ide.
Bagaimana
cara untuk memulainya?
Cara
menulis versi Om Bud terutama bagi kita nggak punya ide (penulis pemula):
·
Perhatikan kondisi sekeliling kita,
·
Tuliskan benda-benda yang terekam melalui
pancaindera kita (misalnya minimal 6 benda),
·
Kemudian buat kalimat untuk setiap benda
tersebut, susun semua benda tadi menjadi satu kesatuan kalimat menjadi paragraf
cerita yang bermakna.
·
Dengan menuliskan apa yang ditemukan oleh
pancaindera, tulisan tersebut akan berfungsi menjadi pemicu supaya ide datang.
·
Contoh:
Benda-benda
yang Om Bud pilih adalah :
ü Sepatu
Tua
ü Kasur
ü Kulkas
ü Pintu
ü Handuk
ü Pancuran
Tanpa
membutuhkan waktu lama, mungkin cuma beberapa menit, terciptalah tulisan
sebagai berikut ini:
Brak! PINTU kamar tidur kudorong
dengan kuat sehingga menimbulkan suara menggelegar. Aku terlalu capek sehingga
langsung kubanting tubuhku di atas KASUR yang empuk. Kepalaku mau pecah rasanya
karena letih.
“Aku benci sama kamu!!!” Tiba-tiba
terdengar suara mengagetkanku..
Aku mencari suara tersebut ternyata
datangnya dari SEPATU TUA yang sedang mojok di sudut kamar, di samping KULKAS.
“Kenapa kok benci?” tanyaku
terheran-heran kok sepatu itu bisa berbicara.
“Sejak kau memiliki sepatu baru, kau
tidak pernah peduli lagi padaku. I hate you!!”
Hah? Sepatu lamaku cemburu dan merasa
dicampakkan. Aduh! Apakah aku sudah gila?
“I HATE YOU!!!!!!”””
Dengan cepat aku berdiri meraih
HANDUK lalu masuk ke kamar mandi. Barangkali guyuran air dingin dari PANCURAN
bisa menyegarkan tubuh dan pikiranku. Bismillah….
Kita seperti lagi melakukan permainan
6 kata. Situasinya fun tapi berpotensi menjelma menjadi tulisan yang
berkualitas master piece.
Kalau kita mengambil ide dari benda
disekitar kita seperti yang om Bud
contohkan tersebut, terkesan hanya untuk 1 paragraf saja. Lalu bagaimana kita
menambah kalimatnya untuk bisa menjadi 1 atau 2 halaman?
Jika tulisan “Sepatu Butut” tersebut bikin
jadi novel yang seru. Om Bud bisa menulis kelanjutan cerita tersebut menjadi:
Setiap ada yang nginep dikosan saya
selalu terbunuh. Polisi menuduh saya adalah pembunuhnya karena gak ada orang
lain lagi selain saya. Di ending cerita, ternyata sepatu tua itulah yang
membunuhnya. Sepatu tua itu rupanya sudah dimasukin roh jahat yg entah dari
mana datangnya....dan seterusnya.
Kesimpulan :
1.
Saat menulis tidak mempedulikan panjangnya berapa halaman. Yang terpenting
adalah tulis
dulu
aja sampai selesai dan apa yang ada di dalam hati kita telah terekspresikan
sepenuhnya. Apakah jadinya 1 halaman atau 100 halaman....itu nggak masalah.
Misalnya
kita bisa memakai kutipan orang lain, dan harus menuliskan sumbernya. Kita bisa
memasukkan humor ke salah satu adegan cerita yang sesuai dengan konteksnya.
Menulis itu bukan untuk menyenangkan orang lain tetapi untuk menyenangkan diri
sendiri. Jika ada orang lain suka dengan karya kita anggap aja itu sebagai bonus
dari menulis.
2. Memancing
ide cukup dengan 2 metode, yaitu :
1. Memanfaatkan emosi.
2, Memancing dengan 6 (enam) benda.
3. Tulisan harus disesuaikan dengan karakter
kita. Biasanya kita akan tergugah emosinya oleh hal
seperti
apa, maka tuliskanlah! Soal jadinya lucu, sedih, ngeselin, menghibur, atau marah, biarkan aja jadinya seperti apa.
Pokoknya emosinya terdapat di dalamnya.
Contoh CERPENTING dari Om Bud:
PERCAKAPAN
DENGAN CARAKA
Selepas
makan siang dan sholat, saya dan teman- - teman caraka dan satpam biasa
berkumpul di pos satpam. Tidak lama waktu berselang datang salah satu caraka
bernama Jemi, lalu saya coba membuka diskusi dengan dia..
Saya
: “Jem..gue nanya jujur ke lo neh. Elo kalau dipanggil Bu Ety mau nggak? Kalau gue mah nggak bakal mau Jem.”
Jemi
: “Loh emang kenape Pak Fir? Pak Fir kan, wakil kepsek masa di panggil kepsek Bu Ety nggak
mau sih?”
Saya
: “ Sampe kapan pun gue nggak akan mau dipanggil Bu Ety…lo catet yee!”Sambil
nada agak tinggi dan yang lain bingung lihat sikap saya.
Jemi
: “ Jangan gitu, Pak Fir itu harus mau
dipanggil Bu Ety kapan pun.” Sambil ngelus pundak saya
Saya
: “Mana mau gue dipanggil Bu Ety, kan nama gue Firdaus! Masa dipanggil Bu
Ety…hahaha”
Jemi
: “Jiaah…dasar wakil sarpras gelo!!” Jalan keluar pos satpam sambil ngegerundel.
Jadi
dalam menulis kita akan memasuki dua ruangan, yaitu ruang imajinasi dan ruang
editing. Yang pertama harus kita masuki adalah ruang imajinasi. Di sini kita
harus berimajinasi sebebas - bebasnya. Lupakan tata bahasa, lupakan norma dan
lupakan nilai-nilai apapun. Setelah cerita selesai ditulis barulah kita masuki
ruang editing. Di sinilah semua tata bahasa dan nilai-nilai tadi kita masukkan.
Di sinilah hati nurani menjadi sensor kita.
Menulis itu sebuah proses. Menulis
bukan skill yang bisa diperoleh dalam waktu semalam. Jadi kita memang harus
berlatih. Berlatih memang sebuah periode yang membosankan. Itu sebabnya metode
ini Om Bud ciptakan, supaya proses latihan jadi lebih menyenangkan.
Oleh: NUR ‘AINI KOSIM
SDN KEBON MELATI 01
JAKARTA
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar